MataKuliah.info

MataKuliah.info


Kesehatan : Dukungan CEVHAP untuk Penyakit Hepatitis

Posted: 03 Nov 2011 04:07 AM PDT

Pada Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada 28 Juli 2011 ini, sekelompok ahli dalam bidang virus hepatitis yang tergabung dalam Coalition to Eradicate Viral Hepatitis in Asia Pacific (CEVHAP) atau Koalisi Pemberantasan Virus Hepatitis di Asia Pasifik mendesak pemerintah dan masyarakat di Asia Pasifik agar lebih sadar akan dampak hepatitis yang dapat menghancurkan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Salah satu anggota CEVHAP di Indonesia adalah pakar penyakit hati dari FKUI dan RSCM, Prof. dr. H. Ali Sulaiman, Ph. D, SpPD-KGEH, FACG, FINASIM yang mengajak dan mengingatkan pemerintah Indonesia akan pentingnya perhatian khusus dalam usaha pencegahan, pengendalian dan pengobatan virus hepatitis.

"Penyakit hepatitis telah dinyatakan oleh Ibu Menteri Kesehatan sebagai salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia, namun tingkat kesadaran masyarakat kita sangat kurang apabila dibandingkan HIV/AIDS dan malaria. Dengan dibentuknya CEVHAP ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pencegahan dan mendorong terbukanya akses deteksi dini dan pengobatan yang lebih luas di Indonesia," jelas Prof. Ali.


Virus hepatitis, terutama hepatitis B dan C, mempengaruhi 1 dari 12 orang di seluruh dunia, mempengaruhi kehidupan sekitar 1 juta orang setiap tahun. Asia Pasifik merupakan daerah dengan tingkat penderita virus hepatitis paling banyak di seluruh dunia.

“Mengingat hepatitis kronis adalah penyakit yang tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu (silent disease), maka penting adanya usaha meningkatkan kesadaran masyarakat dan perhatian pemerintah. Masyarakat cenderung tidak mencari perhatian medis atau menjalani pengobatan, dan hal ini masih sering ditemukan di negara yang biaya pengobatannya ditanggung pemerintah," kata Profesor D.S. Chen, Guru Besar dan Ketua Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Taiwan dan salah satu pendiri CEVHAP.

Setiap tahunnya, jumlah orang yang terinfeksi dan meninggal karena virus hepatitis kronis sama dengan jumlah setiap penderita HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. “WHO menyerukan pendekatan global untuk mengatasi masalah virus hepatitis dan kami menyadari bahwa hal tersebut merupakan sebagian tanggung jawab kami, sebagai para ahli, untuk memastikan Asia Pasifik turut ambil bagian dalam memerangi hepatitis," kata Profesor Stephen Locarnini,Kepala Divisi Laboratorium Referensi Penyakit Infeksi Victoria di Melbourne, Australia dan salah satu pendiri CEVHAP.

Dibukanya akses bagi pasien untuk screening dan pengobatan di wilayah Asia Pasifik sangat penting dan mendesak. Saat ini, lebih dari separuh pasien hepatitis kronis tinggal di negara yang tidak memiliki kebijakan untuk tes gratis dan 41 persen pasien hidup di negara-negara dimana tidak tersedianya dana pemerintah untuk pengobatan hepatitis B atau C.

“Penyebaran hepatitis B akan terus meningkat kecuali ada intervensi kebijakan pemerintah yang efektif di seluruh wilayah,” kata Prof. Stephen Locarnini. “Kami tidak mengatakan bahwa belum ada usaha yang telah dilakukan. Memang telah ditemukan kemajuan di negara-negara khususnya dalam bidang vaksinasi universal. Hanya saja, masih banyak hal yang dapat dan harus dilakukan untuk menangani permasalahan ini secara efektif."

Kesehatan : Cermati Asupan Gula pada Anak

Posted: 02 Nov 2011 04:07 PM PDT

 

Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masih adanya masalah gizi kurang terutama yang kronis & akut pada beberapa kelompok masyarakat, serta timbulnya masalah gizi lebih yang merupakan salah satu faktor utama penyakit degeneratif & dapat menjadi ancaman tersembunyi di masa depan. Gizi lebih atau obesitas pada anak semakin meningkat jumlahnya saat ini, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas sendiri adalah banyak mengkonsumsi gula yang terdapat dalam makanan atau minuman.

Hal tersebut mengemuka dalam acara talkshow yang dilangsungkan di Hotel Nikko Jakarta, tanggal 15 Juni 2011 kemarin. Acara yang berjudul "Cermati Asupan Gula Tambahan pada Susu Anak" tersebut menghadirkan Marudut Bsc, MPS; Dr. dr. Rini Sekartini, SpA (K) & dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA (K) sebagai pembicaran

Menurut dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA (K), "makanan atau minuman manis saat dikonsumsi, akan diserap dengan cepat ke dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan kadar hormon insulin. Selanjutnya, hormon insulin ini akan bekerja menarik gula & lemak dari darah untuk disimpan di jaringan sebagai persediaan di masa mendatang. Proses penyimpanan ini jika tidak seimbang dengan pengeluaran energi akan menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan yang dapat menjurus menjadi obesitas".

WHO sendiri telah merekomendasikan bahwa asupan gula tambahan tidak melebihi 10% dari total energi yang dikonsumsi untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Artinya, berdasarkan AKG Indonesia tahun 2004, untuk anak usia 1-3 tahun, tidak disarankan untuk mengkonsumsi lebih dari 25 g gula tambahan/hari (setara dengan 5 sendok teh) & untuk usia 4-6 tahun tidak melebihi 38 g gula tambahan/hari (setara 8 sendok teh).

Dr. dr. Rini Sekartini, SpA (K) bersama medical research unit FKUI yang telah melakukan penelitian terhadap 100 anak usia 3-6 tahun di 3 TK & 1 PAUD di Jakarta mengatakan, "hasil yang didapat menunjukkan bahwa sebanyak 20% anak mengalami obesitas di TK & 17,1% di PAUD. Angka prevalensi anak usia dini yang mengalami kegemukan & obesitas ini lebih tinggi dari hasil Riskesdas 2007, yaitu sebesar 12,2% & Riskesdas 2010 sebesar 14 %".

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa untuk asupan gula harian (sukrosa, glukosa, fruktosa & laktosa) memberikan kontribusi lebih dari 10% terhadap total kalori. Asupan gula terbanyak adalah sukrosa sebesar 49,45 g & terbanyak berasal dari konsumsi susu. Artinya prosentasi ini sudah melebihi batas ambang yang direkomendasikan WHO ", tambahnya.

Sementara itu Marudut Bsc, MPS menjelaskan mengenai jenis-jenis gula yang dapat ada dalam makanan/minuman serta kiat-kiat bagi orang tua untuk menghitung asupan gula tambahan pada anak. Menurutnya orang tua harus cerdas untuk membaca label kandungan gula yang terdapat dalam kemasan , termasuk dalam produk susu anak, selain itu orang tua juga harus mencermati jumlah total karbohidrat & total gula tambahan dalam makanan yang dikonsumsi oleh anak.

What's on Your Mind...

Diberdayakan oleh Blogger.

statistik

Arsip Blog

document.onkeydown = function (e) { if(e.which == 17){ return false;
free counters
banner angingmammiri Link