MataKuliah.info

MataKuliah.info


Memelihara Hewan Unik, Berpotensi Sebarkan Penyakit

Posted: 06 Dec 2011 03:06 AM PST

Memelihara Hewan Unik, Berpotensi Sebarkan Penyakit: ”


MEMELIHARA binatang bisa menjadi pembelajaran bagi anak untuk mengungkapkan kasih sayang. Namun, pastikan hewan tersebut tidak terjangkit penyakit.

Kini, binatang unik seperti binatang melata, berbisa, pengerat, hingga binatang liar menjadi favorit anak-anak untuk menjadi hewan peliharaan. Hal tersebut memang sah-sah saja, tapi sebaiknya jangan abaikan kondisi kesehatan mereka yang takutnya malah menularkan penyakit ke anak Anda. Sebuah penelitian di Washington menunjukkan adanya indikasi binatang- binatang peliharaan seperti kadal, hamster, landak dan aneka binatang unik lainnya memiliki risiko kesehatan yang buruk terhadap anak-anak dan orangtua.

Hasil penelitian tersebut menyatakan, sebaiknya teliti dulu kondisi kesehatannya. Beberapa kura-kura diduga dapat menularkan sejumlah penyakit seperti rabies dan salmonella. Hewan lain yang patut diwaspadai adalah iguana dan monyet yang dapat menyebabkan infeksi atau alergi akibat gigitan dan cakarannya.

Umumnya, tubuh anak-anak memang mudah tertular penyakit. Sebab, jaringan imun yang masih belum sempurna. Sebaiknya, anak di bawah usia lima tahun tidak memelihara binatang yang terbilang unik seperti iguana atau monyet. Disarankan pula, untuk tidak melakukan kontak langsung terhadap hewan yang berada di kebun binatang ataupun tempat umum lainnya.

Penelitian tersebut juga mengambil contoh sejumlah keluarga di Amerika yang memiliki seekor atau lebih binatang peliharaan.

Kepala penelitian Larry Pickering mengatakan bahwa berdasarkan laporan yang diperoleh, terdapat 11 persen dari kasus salmonella yang terjadi pada anak-anak ditularkan oleh kadal, kura-kura, dan hewan reptil lainnya. Selain itu, hamster dapat pula menularkan kuman yang menyebabkan diare, demam, dan kram perut.

"Banyak orangtua yang tidak mengerti akan aneka infeksi yang dapat diderita oleh anak-anak. Karena, mereka tidak mengecek kondisi kesehatan hewan pemeliharaan yang terbilang unik," ujarnya.

Dokter asal Chicago ini menyatakan, hewan peliharaan yang unik berpotensi menyebabkan kematian. Rata-rata serangan atau gigitan binatang tersebut jauh lebih berbahaya daripada anjing atau kucing. Cakaran maupun goresan yang ditimbulkan mampu membuat risiko negatif lima kali lebih besar pada tubuh anak-anak.

Lebih dari empat juta anak-anak di Amerika Serikat memelihara reptil dan landak sebagai hewan peliharaan. Dan ternyata, setelah dideteksi beberapa anggota keluarga terdapat dua atau lebih jenis bakteri salmonella pada tulang punggung mereka.

Landak dapat menjadi binatang yang berbahaya karena duri pada kulitnya dapat membawa bakteri yang menyebabkan demam dan sejumlah penyakit perut.

Penelitian yang dilakukan Dr Joseph Bocchini ini memperlihatkan penyakit yang berasal dari infeksi tertular kepada anak balita tersebut akibat bakteri salmonella yang tertular dari iguana sebagai hewan peliharaan mereka. Anak tersebut harus mendapat perawatan lebih dari empat minggu di rumah sakit, sebelum akhirnya dapat kembali pulang ke rumahnya.

"Dengan perhatian yang cukup dari orangtua seperti selalu mencuci tangan anakanaknya sesudah memegang hewan peliharaannya maka itu menjadi pencegahan awal terhindar dari penyakit. Namun, sebaiknya, anak-anak setelah berusia lima diperbolehkan memelihara binatang," ujar Bocchini.

Contoh lainnya seperti yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2003, saat satu keluarga tertular penyakit cacar monyet setelah mereka memelihara seekor anjing yang terinfeksi kuman tersebut.

Karena itu, jelas Bocchini, sebaiknya hindari memelihara hewan jika salah satu anggota keluarga masih bayi atau belum berusia lima tahun ke atas.

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

Wortel Dapat Kurangi Resiko Kanker

Posted: 05 Dec 2011 03:57 PM PST

Seperti yang dilansir dari situs BBC News baru-baru ini Dr Kirsten Brandt dan beberapa peneliti dari University of New Castle menemukan adanya senyawa yang bisa menurunkan resiko perkembangan kanker dalam sayuran berwarna oranye itu.

Hasil penelitian mereka yang dipublikasikan dalam the Journal of Agricultural and Food Chemistry edisi 5 Februari 2005 menyebutkan, umbi akar yang tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.200 di atas permukaan laut itu mengandung komponen pestisida alami yang disebut falcarinol (C17H24O).

Dari penelitian tim Dr Brandt terhadap 24 tikus dengan tumor pra-kanker itu diperoleh kesimpulan bahwa falcarinol dapat mengurangi resiko perkembangan kanker hingga sepertiga dari biasanya.

Kesimpulan itu dibuat karena setelah 18 minggu tikus-tikus yang mengkonsumsi wortel dan suplemen falcarinol dalam pakan mereka perkembangan tumornya sepertiga lebih kecil jika dibandingkan dengan tikus yang hanya mendapatkan pakan biasa.

Falcarinol bukan senyawa kimia yang berbahaya dan dalam jumlah tertentu punya kemampuan merangsang mekanisme tubuh untuk melawan kanker.

Akibat fatal dari mengkonsumsi falcarinol hanya akan terjadi kalau seseorang memakan 400 kilogram wortel sekali makan.

Dr Brandt menjelaskan, penelitian tentang falcarinol dalam wortel dilakukan setelah dipublikasikannya berbagai studi terkini mengenai senyawa tersebut.

Selama ini para peneliti mengetahui bahwa wortel merupakan bahan makanan yang sangat bagus untuk kesehatan dan dapat menurunkan resiko kanker tetapi kita belum tahu unsur mana yang memiliki efek khusus itu.

Ia menyebutkan, setelah mengetahui keberadaan dan pengaruh falcarinol pada perkembangan kanker, para ilmuwan akan melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kuantitas falcarinol yang tepat untuk mengurangi resiko perkembangan kanker secara optimal.

Mengingat varietas, bentuk, warna dan ukuran wortel yang beragam kata Dr Brandt, peneliti juga masih harus melakukan penelitian untuk menemukan jenis wortel yang memiliki efek paling baik untuk mengurangi resiko kanker.

Sebentar lagi mungkin tidak ada lagi yang menyarankan orang untuk mengkonsumsi lima porsi buah dan sayur setiap hari, tetapi menyarankannya untuk mengkonsumsi wortel dengan jumlah tertentu.

Namun karena penelitian itu menggunakan wortel mentah, peneliti belum bisa merekomendasikan apakah mengkonsumsi wortel matang dan jus wortel juga akan memberikan efek yang sama.

Dr Brandt hanya menyarankan agar konsumen memakan sebuah wortel kecil bersama aneka sayur dan buah yang lain setiap hari.

Untuk mengurangi resiko kanker dan penyakit serius lainnya dia juga menyarankan agar orang setidaknya mengkonsumsi lima porsi sayur dan buah berbeda setiap hari sebagai bagian dari makanan yang sehat dan berimbang.

Tapi orang seharusnya tidak berfikir bahwa makan wortel sehari dapat meniadakan efek coklat dan burger.

Ke depan katanya penelitian itu diharapkan bisa menjadi jalan bagi penemuan obat anti kanker generasi baru sekaligus memberikan tip pada produsen wortel tentang metode terbaik menanam wortel.

Dr Brandt juga mengatakan bahwa pihaknya akan memperluas spektrum penelitian serupa pada jenis sayuran yang lain.

Pemanfaatan aneka bahan makanan alami dalam pengobatan sudah dilakukan sejak dulu dan tidak sedikit yang berhasil sehingga bapak kedokteran Hippocrates pun mengatakan "biarkan makanan menjadi obat bagimu."

Info Keluarga Sehat.com

What's on Your Mind...

Diberdayakan oleh Blogger.

statistik

Arsip Blog

document.onkeydown = function (e) { if(e.which == 17){ return false;
free counters
banner angingmammiri Link